Entri Populer

ARSIP

3 Agu 2010

TUJUH KEUTAMAAN PUASA RAMADHAN

Saya Sarankan Anda Baca Juga



Dalam salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas, Rasulullah SAW antara lain menyatakan – yang terjemahannya berbunyi – :
Seandainya umatku me-ngetahui nilai-nilai yang terkandung dalam bulan Ramadhan, pastilah
mereka menginginkan supaya se-luruh bulan dalam setahun adalah bulan Ramadhan. 
Dalam bulan Ramadhan itu terkumpul bermacam-macam hasanah (kebaikan yang berpahala)
Puasa Ramadhan, selain mengandung nilai-nilai ubudiyah, yaitu nilai-nilai yang pahalanya akan Allah berikan nanti di akhirat, puasa Ramadhan juga memiliki nilai-nilai yang mendatangkan barokah dalam kehidupan di dunia. Secara garis besar, ada 7 keutamaan atau barokah puasa Ramadhan bagi yang melakukannya.

  1. ( Membentuk ketahanan rohaniah ). Ibadah puasa melatih jiwa (rohaniah) manusia agar dapat menguasai dan mengendalikan hawa nafsu. Hal itu berarti puasa membentuk ketahanan rohaniah pada diri manusia. Ketahanan rohaniah itu sangat penting, baik bagi kehidupan individu maupun kehidupan masyarakat atau bangsa. Apabila ketahanan rohaniah sudah dimiliki, maka seseorang atau suatu bangsa akan mampu menghadapi tantangan demi tantangan.
  2. ( Menumbuhkan kesabaran ). Ibadah puasa mendidik manusia untuk berlaku sabar, yaitu sabar dalam menguasai hawa nafsu, dan godaan lain, termasuk godaan makanan dan hubungan suami-istri di siang hari. Kesabaran itu akan memperkuat daya tahan rohaniah.
  3. ( Memperkuat kemauan ). Untuk mencapai tujuan puasa yang benar-benar dilakukan atas dasar keimanan, berarti puasa itu digerakkan oleh kesadaran dan kemauan untuk mencapai ridha Allah. Apabila sikap itu terus dipelihara dan dipupuk, sehingga menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan orang Islam, maka kaum muslimin akan memiliki etos kerja dan semangat tinggi dalam mencapai tujuan atau cita-cita yang diridhoi Allah SWT.
  4. ( Meningkatkan kesadaran akan nikmat Illah ). Kesadaran akan suatu nikmat terjadi apabila nikmat itu hilang, kemudian diperoleh kembali. Orang yang ber-puasa, untuk sementara waktu kehilangan nikmat makan dan minum serta nikmat lain di siang hari. Ketika waktu buka puasa tiba, orang yang berbuka puasa makin menyadari nikmat yang dikaruniakan Allah kepadanya.
  5. ( Menyehatkan jasmaniah ). Baik ajaran Rasulullah SAW maupun hasil diagnosa sejumlah dokter, menyatakan bahwa sumber penyakit terlatak pada perut. Apabila perut terus dijejali makanan secara tidak teratur, bahkan berlebihan, lambat laun akan timbul penyakit. Dengan puasa Ramadhan sebulan penuh, makanminum betul-betul teratur, dan di siang hari organ pencernaan memiliki waktu istirahat. Secara medis, hal itu sangat baik bagi kesehatan. Dengan demikian, puasa selain penting artinya bagi ketahanan rohani, juga bermanfaat bagi ketahanan jasmani.
  6. ( Menumbuhkan sikap penyantun ). Orang yang berpuasa merasakan secara langsung beratnya menahan lapar dan dahaga, walaupun hanya siang hari. Lapar dan dahaga adalah bagian dari kehidupan sehari-hari orang-orang miskin atau melarat. Menyadari akan hal tersebut, maka ibadah puasa mendidik muslimin dan muslimah untuk menyantuni fakir-miskin, sambil berharap keridhoan dan pahala dari Allah SWT. Sehubungan dengan hal tersebut, Rasulullah pernah berucap – yang tejemahannya lebih-kurang berbunyi : Ya Allah! Aku lebih senang satu hari kenyang dan satu hari lapar. Manakala aku lapar, aku merendah-kan diri dan ingat kepada-Mu. Apabila aku kenyang, aku bersyukur kepada- Mu dan memuja-Mu” (HR Tirmizi).
  7. ( Meningkatkan latihan berserah diri dan taat kepada Allah serta memupuk sikap disiplin ). Kesadaran akan kewajiban puasa dan pemahaman akan berkah-berkah puasa, akan mendorong orang berpuasa berupaya untuk berserah diri kepada Illahi Robbi dan taat kepada segala perintah-Nya. Sementara itu, sunah-sunah atau ketentuanketentuan dalam cakupan ibadah puasa, yaitu pelaksanaan buka puasa, pelaksanaan makan sahur, pelaksanaan sholat tarawih, dll., harus dilakukan pada waktunya. Islam mengajarkan, dalam melaksanakan ibadah, baik ibadah wajib maupun ibadah sunah, harus dilakukan secara tertib dan disiplin. Hal itu mengandung arti, bahwa tertib dan disiplin sesungguhnya merupakan bagian utama dalam kehidupan umat Islam. Ajaran Islam menuntut muslimin dan muslimat untuk memiliki budaya tertib dan disiplin serta mampu merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam tujuh keutamaan puasa Ramadhan itu, ada dua hal yang kiranya signifikan untuk dihubungkan dengan kondisi umum bangsa Indonesia sekarang. Kedua hal dimaksud adalah ketahanan rohani dan budaya tertib/ disiplin.
Berdasarkan sejarahnya, agama Islam telah hidup dan berkembang di Indonesia selama lebih
dari 13 abad. Khusus di Pulau Jawa, agama Islam telah berkembang selama lebih dari 6 abad (abad ke-14 s.d. abad ke-21).
Mengacu pada lamanya waktu kehidupan Islam di daerah kita, maka secara logika seharusnya
muslimah Indonesia, karena dalam kurun waktuketahanan rohaniah dan budaya tertib/disiplin telah kuat mengakar pada diri setiap muslim dan berabad-abad itu, ketahanan rohaniah dan budaya tertib/disiplin umat Islam Indonesia dari generasi ke generasi, setiap tahun ditempa, khususnya melalui ibadah puasa Ramadhan.
Akan tetapi, kenyataan sekarang sungguh ironis, bahkan dapat dikatakan menunjukkan sifat paradoks. Ketahanan rohaniah yang seharusnya makin kuat, justru sekarang terkesan lemah atau rentan. Apabila ketahanan rohaniah bangsa Indonesia yang mayoritas adalah umat Islam, benarbenar kuat, teoretis tidak akan timbul konflik antar suku dan antar kelompok yang memingkat menjadi perpecahan.
Dalam hal ini, kasus Aceh dengan GSA (Gerakan Separatis Aceh) -nya, sungguh suatu hal yang ironis, karena daerah Aceh yang membanggakan dirinya dengan sebutan “Serambi Mekkah”, justru tidak me-nunjukkan ketahanan rohaniah atau sikap islami yang kuat untuk keutuhan dan kepentingan bangsa.
Timbulnya konflik di Aceh dan di beberapa tempat lain, termasuk kasus tawuran, pada hakekatnya disebabkan oleh lemhanya ketahanan rohaniah pada individu dan masyarakat atau bangsa Indonesia umumnya.
Kelemahan ketahanan rohaniah itu antara lain ditunjukkan pula oleh dekadensi moral. Sekarang ini rasa malu cenderung makin luntur. Banyak wanita muslim di kalangan tertentu, dengan bangganya berbudaya dan berbusana “dajal”. Aib dengan bangga pula diekspos dalam media elektronik (tv) dan media cetak.
Kelemahan ketahanan rohaniah juga ditunjukkan oleh karakter sejumlah pejabat yang melakukan KKN atau terlibat kasus KKN. Kasus korupsi ironisnya sering terjadi di lingkungan departemen agama atau instansi keagamaan.
Budaya tertib / disiplin pun sekarang cenderung makin menurun. Hal ini terutama terlihat sehari-hari dalam kegiatan berlalu-lintas. Baik pengemudi maupun pe-numpang dan calon penumpang, umumnya terkesan tidak mau tertib dan disiplin dalam berlalu-lintas. Akibatnya, program “BulanTertib dan Disiplin Lalu-lintas” yang diselenggarakan Polantas pun terkesan tidak ada hasilnya. Boleh jadi, salah satu faktor yang menyebabkan sulitnya penegakkan tertib/disiplin lalu-lintas adalah sikap aparat keamanan sendiri. Sudah bukan rahasia lagi, sejumlah oknum aparat keamanan tidak melaksanakan tugas menanamkan disipilin berlalulintas kepada para pengemudi dan pengguna jalan sebagaimana mestinya. Mereka justru seolah-olah “melegalkan” pelanggaran rambu-rambu lalu-lintas yang dilakukan oleh pengemudi kendaraan angkutan umum. Di sekitar terminal, selalu ada “terminal bayangan”. Akibatnya timbul pelesetan, ramburambu lalu-lintas adalah “lapak” milik oknum tertentu.
Budaya tidak tertib/disiplin juga terlihat dalam kegiatan perdagangan pada masyarakat kelas
menengah ke bawah. Baik para pedagang maupun pembeli dan calon pembeli sama-sama cenderung tidak mengindahkan ketertiban. Di sekitar pasar selalu ada “pasar bayangan”. Kegiatan perdagangan melimpah menyita sebagian badan jalan. Sekarang kondisi itu disebut “pasar tumpah”.
Berdasarkan kasus-kasus tersebut, maka dapatlah dikatakan bahwa ketahanan rohaniah
adalah sumber dasar bagi ketahanan nasional.
Untuk mengatasi kelemahan ketahanan rohaniah dan lemhanya budaya tertib/disiplin, diperlukan kesadaran untuk melakukan introspeksi. Namun, introspeksi itu tidak dapat hanya dilakukan oleh sekelompok masyarakat, tetapi harus introspeksi nasional, karena kasus-kasus tersebut terjadi hampir merata di berbagai daerah.
Memang, masalah ketahanan rohaniah dan budaya tertib/disiplin, mudah diucapkan tetapi sulit
dilaksanakan. Namun Islam mengajarkan “inna mal ‘a malu bin niyat”. Oleh karena itu, apabila kita sungguh-sungguh berniat untuk memelihara dan meningkatkan ketahanan rohani dan melaksanakan budaya tetib/disiplin, insya Allah niat itu lambat laun akan terlaksana. Aamiin.

Mudah-mudahan ada manfaatnya sebagai bahan introspeksi diri kita masing-masing.
Semoga kita senantiasa berada di bawah lindungan Allah Subhanahu-wata’ala. Semoga pula Allah memberikan hinayahnya kepada orang-orang yang menyimpang dari ajaran Islam, termasuk para pemimpin, sehingga mereka kembali ke jalan yang benar. Semoga para pemimpin dan aparat memahami benar makna kepemimpinan dan keteladanan dalam melaksakan kewajibannya selaku halifah di bumi.

http://baisamusthafa.blogspot.com/

Komentar :

ada 0 komentar ke “TUJUH KEUTAMAAN PUASA RAMADHAN”

PERLU ANDA BACA

IKBAL JAKARTA

SMS

KIRIM SMS GRATIS
 

Berita Utama | Nasional

YAHOO PIPES

BERITA TERBARU

Editor template ibnuhasbie | Untuk template Catatan Harian