PUASA MELAWAN KEJAHATAN LAHIR DAN BATIN

Saya Sarankan Anda Baca Juga

Bulan Ramadhan mengajak kita untuk mengoreksi diri.

Puasa adalah memerdekakan diri dari penjajahan ego dan melindungi diri dari nafsu. Dengan berpuasa, tempat mengalirnya darah disumbat dengan rasa lapar. Sehingga, godaan nafsu terhalangi dan batin menjadi kuat. Kekuatan itu, akan berubah menjadi semangat melawan angkara murka.

Pendiri ESQ Leadership Center, Ary Ginanjar Agustian, dalam ceramahnya di Masjid Agung Sunda Kelapa, menunjukkan sederet fakta sejarah untuk membuktikan asumsi itu. Menurutnya, bukan suatu kebetulan, di hari kemerdekaan Indonesia, para pejuang sedang berpuasa. Para pelopor kemerdekaan saat itu menahan lapar dan haus. Mereka melawan hawa nafsu, untuk memunculkan semangat anti penjajahan.

Fathu Makkah atau pembebesan Kota Makkah, juga terjadi pada bulan diturunkannya Alquran di tahun kedelapan hijriah. Peristiwa penjajahan kaum kafir Quraisy yang dilawan oleh umat Islam itu adalah perang melawan kebatilan.

Perang Badar, juga terjadi pada bulan Ramadhan. Sejumlah 300 umat Islam harus berhadapan dengan 700 pasukan elite Quraisy yang berkuda. Namun, perang tersebut mutlak dimenangkan umat Islam yang sedang berpuasa. Secara fisik, kata Ary, seharusnya mereka lemah. Tapi faktanya, mereka kuat dan tetap bersemangat melawan musuh.

Pada Perang Khandak, yaitu perang strategi. Saat itu, Rasulullah SAW berdiskusi dengan para sahabat bagaimana caranya melawan empat ribu prajurit Quraisy. Umat Islam ketika itu membuat parit besar untuk melawan mereka. Peristiwa itu pun terjadi pada Bulan Ramadhan.

Kemudian Thariq bin Ziyad dari Daulah Umawiyah berhasil menaklukkan Spanyol pada Bulan Ramadhan. Dia menyeberangi Selat Gibraltar, melewati Afrika. Umat Islam ketika itu hanya berjumlah tujuh ribu orang, sedangkan Spanyol mengerahkan seratus ribu pasukan. "Secara logika pasti kalah, Namun kenyataannya, umat Islam justru menang. Spanyol akhirnya menjadi kota peradaban Islam," ujarnya.

Menurut Ary, bulan Ramadhan adalah momentum melawan angkara murka di dalam maupun di luar diri seseorang. Rasulullah pun mengatakan, perang terbesar adalah melawan hawa nafsu. "Ramadhan itu bukan bulan untuk tidur dari pagi hingga siang," tegasnya.

Selain itu, Ary mengatakan, seseorang haruslah menghayati arti Iman, Islam, dan Ihsan. Dalam sebuah hadis, Rasulullah ditanya Malaikat Jibril, apakah Islam itu. Rasul kemudian menyebutkan rukun Islam. Ketika ditanya iman, Rasul menjelaskan rukun iman. Lalu ditanya tentang apa itu Ihsan, Rasul menjawab menyembah Allah seakan-akan kamu melihatnya. "Jadi ketiganya harus sejalan," papar Ary.

Menurut Ary, kemerdekaan Indonesia ke-65 haruslah menjadi momentum bagi umat Islam untuk menghayati ketiga hal tersebut. Pada akhirnya nanti, manusia akan tiba pada kesempurnaan akhlak sebagaimana misi Nabi Muhammad yang diutus ke muka bumi ini.

Tetapi maraknya kasus video porno, korupsi, dan seks bebas di kalangan remaja, kata Ary, adalah bukti Islam, Iman, dan Ihsan, belum dihayati dalam hidup. "Jalan yang sudah ditentukan Allah justru dilanggar," tegasnya.

Menurutnya, umat Islam harus mengubah itu. Zakat harus menjadi sebuah potensi dan shalat menjadi benteng. Syahadat harus menjadi misi kehidupan. Syahadat tidak hanya dibaca sebelum mengucapkan ijab kabul saat akad nikah, karena setiap shalat dan syahadat selalu dibaca dan direnungi. Puasa sejatinya menjadi penyuci diri.

Jika semua komponen itu tertanam, maka nilai-nilai agama akan tertancap seperti pohon. Akarnya menghujam ke bumi, sedangkan ranting-rantingnya menjulang ke langit.

Bulan Ramadhan mengajak seseorang mengoreksi diri. Menurut Ary, kita harus menyadari dan jangan mau keluar dari Ramadhan jika belum menyadari diri kita hanya setetes mani. "Renungkanlah syahadat. Cintailah Rasulullah. Jadikan harapan bertemu Allah adalah segalanya," ujarnya. c29 ed: andi nur aminah

 Sumber : Republika Online
http://baisamusthafa.blogspot.com/